Pertemuan



“Jangan lari-lari dek.” Keyla mencoba memperingatkan Keysha. Ini hari pertama mereka jualan donat. Mereka mencoba menawarkanya ke warung dekat rumahnya, jadi mereka hanya berjalan kaki.

“Mau donat, Bu.”

“Maaf, tidak mbak, takutnya tak habis nanti.”

“Baik Bu.” Ini sudah lima warung yang didatangi Keyla dan baru terjual satu toples, itupun warung langganan Ibu, masih ada empat toples lagi.

Matahari semakin meninggi. Hangatnya udara pagi mulai berganti panas bercampur kepulan asap kendaraan. Keysha mulai terlihat bosan. Tak ada lagi tawa ceria darinya. Jalanya pun semakin lambat. Berkali-kali Keyla meneriaki agar tetap berjalan. Dia harus tetap semangat. Teriknya matahari bukan masalah, tapi omongan Ibu-ibu yang dilewatinya membuat hatinya gerah “sayang ya, lulus kuliah hanya jadi penjual donat” Keyla hanya bisa mempercepat langkahnya tapi Keysha mana tahu apa yang dirasakan kakaknya, dia tetap berjalan lambat. Tiba-tiba pandangan Keysha tertuju pada penjual es krim di seberang jalan.

“Kak, Keyla mau es krim.” Keysha berteriak sambil menunjuk ke seberang jalan. “tidak bisakah Keysha sedikit bersabar, kenapa disaat seperti ini harus minta jajan” gumam Keyla. Baru saja Keyla menoleh adikya sudah berlari menghampiri penjual es krim.

Tiin tiiiiin.

“Keyshaa” teriak Keyla yang melihat sebuah sepeda motor melaju kencang dari arah selatan. Tanpa banyak fikir dia membuang toples isi donat yang dia bawa, langsung berlari menghampiri Keysha. Beruntung Keysha bisa berhenti sehingga memberi kesempatan pengendara motor itu untuk menghindarinya.

“Dasar bocah, mau mati ya.” Geram pengendara motor itu sambil memakirkan begitu saja di pinggir jalan.

Keyla langsung memeluk Keysha, wajahnya pucat, tangisnya tak tertahan lagi. Seketika banyak orang mengerumuni termasuk pengendara motor itu. Wajahnya garang, badanya besar, membuat siapapun menyingkir ketika dia lewat.
“Punya adik itu dijaga” bentak pengendara motor itu sambil menunjuk Keysha yang mendekap di pelukan kakaknya.

Keysha ingin sekali minta maaf tapi kata itu hanya sampai di kerongkongan, bibirnya bergetar tanpa suara. Tiba-tiba seorang pemuda muncul dari belakang.

“Maaf Pak, tadi kami lalai menjaganya.” Pemuda itu Dzakyy, tapi Keyla tak sempat memperhatikan, dia masih menagis sesenggukan.

“Kalau tadi saya tak sempat menghindar bagaimana?”

“Sekali lagi saya minta maaf ya Pak. Apakah ada kerusakan yang perlu saya ganti.”

“Lain kali kalau bawa anak kecil itu jaga baik-baik.” Pengendara motor itu langsung berbalik meninggalkan mereka. Satu-persatu warga yang mengerumuni berangsur pergi, Caca yang dari tadi menunggu di belakang bisa mendekat

“Kakak tidak apa-apa kan?” Caca muncul dari belakang membawa toples dan donat yang masih bisa diselamatkan.

“Tak apa-apa dek.” Keyla berangsur tenang, dia mengusap wajahnya.

“Ini punya kakak?” Caca memperlihatkan toples isi donat sambil duduk di sampingnya.

“Ohh … iya, trimakasih dek.”

“Itu dijual?” Tanya Dzakyy yang juga ikut duduk di sampingnya.

“Ehh… iya, dijual.” Keyla agak kaget

“Beli ya kak Dzakyy, siapa tahu di sana lama, bisa buat pengganjal perut dah.” Pinta Caca
“Di bungkus pakai apa?”

“Bawa saja sama toplesnya, ga usah beli.” Keyla menimpali.

“Ca, bawa saja yang paling banyak isinya, yang tiga kembalikan ke kak Keyla, bayarnya pakai uangmu dulu.” Suruh Dzakyy

“Kok kamu tahu nama saya?” Tanya Keyla bingung sambil menap Dzakyy yang terpaku dengan pertanyaan itu “Kamu Dzakyy ya? Kenapa tak bilang waktu kemarin ketemu?”

Dzakyy hanya menggaruk kepala.

Keysha mulai tenang, tangisnya reda. Menoleh ke selilingnya, mendapati Caca dan Dzakyy

“Kakak yang kemarin ketemu di Perpus kan?” Tanya Keyla pada Caca.

“Iya, dek. Adek gak ada yang sakit kan?”

“Tidak kak, cuman takut tadi.” Wajahnya masih pucat

Dzakyy tiba-tiba berdiri “maaf ya, kita tak bisa lama-lama.” Dia mengambil HP dari sakunya, mencari kontak seseorang.

Kringgg … tepat ketika Keyla berdiri HPnya berbunyi.

“Itu nomorku. Tolong nanti kirimi alamtmu biar aku bisa mengembalikan toplesnya.” Pinta Dzakyy.

Keyla hanya mematung. “bagaimana dia bisa tahu nomornya?” belum sempat dia bertanya Dzakyy sudah pergi.
“ini kak.” Caca menyerahkan tiga toples pada Keyla “dan ini uangnya” dia menaruhnya di atas tumpukan toples dan buru-buru pergi menghampiri Dzakyy yang sudah siap dengan motornya.

“Assalamualaikum.” Motor itu melaju tanpa Keyla sempat bertanya.

“Kok tak dijawab kak? Tanya Keysha

“ehh … iya, waalaikumsalam.”

“sudah jauh kali kak.”


#Day9
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara

Unknown

1 komentar:

  1. Wah, bagus! sayang sekali ceritanya cepat berakhir.
    Kunjungi aku juga di

    https://zidkiajadeh.blogspot.co.id/?m=1

    BalasHapus