Cerita Dua Batu



“Kakak itu jorok banget.” Protes Caca selesai merapikan kamar Dzakyy.

“Kenapa? Ini kan kamarku.” Ketus Dzakyy yang sibuk dengan laptopnya.

“Kakak itu harus segera cari pendamping.” Sambil merebahkan badanya di Kasur.

“Memangnya kenapa?”

“Biar ada yang ngomelin kalau kamarnya kotor.” Jawab Caca sambil ketawa. Ruangan itu memang jarang terlihat rapi. Dzakyy terlalu sibuk dengan laptopnya, tak peduli dengan selimut yang belum dilipat, bantal yang tak pada tempatnya. Buku yang berserakan di Kasur, majalah yang jatuh ke lantai. Dzakyy hanya membereskan ketika mau tidur, itu pun hanya ditaruh sembarangan. Beruntung adik sepupunya itu perhatian. Hingga bersedia merapikan kamarnya.

“Kak, buku cerita anak dimana?” Tanya Caca memecah keheningan

“Laci bawah.” Jawabnya datar. Caca sudah paham dengan tabiat kakanya itu, jadi tak akan sakit hati dengan sikap dingin Dzakyy.

Caca segera beranjak, menggeledah isi laci dilemari samping tempat Dzakyy biasa menulis. Terdapat makalah, majalah, beberapa buku cerita karangan Dzakyy, juga lembaran-lembaran fotocopy materi yang Caca tak paham. Dia iseng menggeledah sampai bawah tumpukan-tumpukan tersebut hingga menemukan sesuatu yang asing. Sebuah kotak kecil dari kayu yang terukir indah. Caca mengambil satu buku cerita dan kotak kecil itu lalu segera menutupnya dan kembali beranjak ke Kasur. Dzakyy tetap sibuk dengan laptopnya, tak peduli.

Caca segera menaruh bukunya dan membuka kotak kecil itu. Wajahnya terlipat, di dalamnya ada sebutir batu safir dan sebutir batu kerikil dengan alas kain warna hitam.

“Apan ini Kak? Mau jadi dukun ya?” bentak Caca yang bungung dengan apa yang dia temukan.

“Apaan sih?” Dzakyy yang terkejut, menoleh. Termangu melihat kotak yang dibawa Caca, tapi tak butuh waktu lama dia menoleh lagi sibuk dengan laptopnya.

“Ini apa Kak?” kali ini Caca menghampirinya.

“Batu safir dan kerikil, apanya yang harus dijelasin?” ketus Dzakyy.

“Ya, buat apa?” Caca yang belum puas, terus bertanya.

“Katanya pernah baca buku ceritaku, coba baca lagi yang judulnya ‘Cerita Dua Batu’.”

Caca segera menggeledah laci bawah itu lagi, mengambil semua buku ceritanya, memeriksa judulnya.

“Tak ada kak yang judulnya gitu.” Sambil menaruh begitu saja buku-bukunya di lantai lalu mengeluarkan semua isi laci itu.

“Dicek lagi, kamu tadi bawa satu buku kan."

Caca baru ingat. Dia langsung melompat ke Kasur.

“Oh … iya kak, ada.” Caca langsung membukanya. Membacanya cepat. Suasana tegang itu mereda berganti hening sejenak.

Tak berapa lama, tiba-tiba Caca tertawa terpingkal-pingkal membuat Dzakyy bingung, termangu menatap tingkah adiknya itu.

“ternyata kakak menyimpan batu itu untuk sumber inspirasi cerita kakak tentang kisah dua batu itu ya” jelas Caca yang mesih terpingkal-pingkal “kirain itu jimat.”

“Batu safir itu pemberian kakek. Dari batu itu tercipta ide untuk membuat cerita tentang batu permata yang suka tebar pesona, karena manfaatnya hanya sebagai hiasan dan batu kerikil yang tak peduli dengan penilaian orang yang penting dia berguna, karena batu kerikil dapat dimanfaatkan untuk banyak hal.” Jelas Dzakyy sambil memandangi tingkah adiknya yang menutup mulutnya meredakan tawa karena merasa bodoh telah mengira kakaknya mau jadi dukun.

“Oh … gitu” Caca tiba-tiba beranjak dari Kasur “aku ke kamar dulu ya kak.” Tanpa sempat dijawab sudah lari ke pintu.

“beresin dulu.” Teriak Dzakyy.

“beresin sendiri.” Jawab Caca yang sudah keluar kamar meninggalkan buku-buku dan lembaran berserakan karena ulahnya.

#Day14
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
#Cerbung
#IniPanggungKita

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar