Bulan Merindukan Bintang



"Apa jadinya malam tanpa bintang,
Yang sinar rembulan tak kan cukup menghiasi sang malam.
Tak sadarkah betapa berharganya setitik cahaya,
Demi menghiasi hati yang gundah gulana,
Demi mengobati rindu yang merana.
Lantas kenapa bintang itu pergi,
Apa merasa tak pantas untuk bersanding lagi.
Atau telah ada sinar yang lebih berseri"

Keyla memotong selembar kertas yang telah ditulisnya itu. Berusaha serapi mungkin, untuk kemudian dilipat dan dimasukkan ke dalam amplop, besok dia akan titipkan ke Caca bersama donat pesanannya.

Tok tok tok … terdengar suara pintu kamarnya di ketuk. Keyla mendongak melihat jam. Pukul sepuluh, siapa malam-malam begini mencarinya. Keyla beranjak menghampiri pintu.

“Keysha, ada apa?”

“Aku tak bisa tidur kak, boleh tidur bareng kakak?” pinta Keysha memelas.

“Yaudah masuk sini.”

Sambil menguap Keysha berjalan malas ke ranjang

“Lah … sudah ngantuk gitu kok tak bisa tidur?” Tanya Keyla yang melihat tingkah adiknya.

“Beneran kak, tak bisa tidur tadi.”

Keysha langsung naik ke ranjang, Keyla masih sibuk di meja belajarnya melanjutkan menulis novelnya.

“Kakak nulis apa?”

“Rahasia, sudah tidur sana.”

Kali ini Keysha tak banyak protes. Rasa kantuknya mengalahkan seleranya untuk bertanya.

***

“Yeyy … selesai. Kapan kak Caca kemari kak.” Keysha yang selesai memasukkan donat ke toples tak sabar menunggu Caca datang. Mereka memang baru kenal, tapi sepertinya langsung akrab.

“Assalamualaikum”

Yang ditunggu-tunggu pun datang.

“Suruh masuk dulu, La!” suruh Ibu yang masih sibuk dengan sotonya, hari ini ada pesanan dari tetangga, jadi Ibu buat soto lagi.

Keyla tanpa disuruh dua kali langsung beranjak membukakan pintu dan menyuruh Caca masuk.

“Sarapan dulu ya.” Ibu menawarinya setelah mereka bersalaman.

“Terimakasih Bu. Saya sudah sarapan. Maaf saya tak bisa lama-lama karena harus ke kampus untuk ujian seleksi masuk.”

“Kakak yang satunya mana, Kak?” Tanya Keysha yang telah berdiri di sasmpingnya membawa toples isi donat.

“Kak Dzakyy tak bisa ikut, dek.”

“Oh iya. Ini donatnya Kak.” Keysha menyerahkan dua tumpuk toples yang dari tadi sudah tak sabar ingin menyerahkanya.

“Wah, trimakasih ya dek.” Caca lantas mengambil dompet dan membayarnya

“Uangnya nanti saja, Ca. Kalau sudah terjual.” Timpal Keyla

“Sekarang saja kak. Biar saya tak punya hutang.” Jawab Caca sambil tersenyum.
Caca lantas berpamitan. Keyla dan Keysha mengantarnya sampai depan rumah.

“Ini titip untuk Kak Dzakyy ya.” Pinta Keyla sambil menyeragkan amplop kecil.

“Apa ini Kak.” Caca menatapnya bingung.

“Dibawa saja, nanti dia paham kok.”

“Baik kak.” Caca langsung memasukkannya ke dalam tas agar tak hilang.

“Kakak ngasih apa tadi.” Tanya Keysha yang menatapnya bingung.

“Rahasia.” Keyla langsung berlari ke dalam rumah.

“Tunggu, Kak….”

***

“Ayo, buruan Ca. Nanti kamu telat lo!” Dzakyy tak sabra menunggu adiknya. Berulang kali dia melihat jam tanganya.

“Maaf kak.” Caca langsung berlari menghampiri Dzakyy yang sudah siap di atas moronya.

Dzakyy langsung tancap gas. Seharusnya mereka sudah berangkat lima belas menit lalu.

“Kenapa kamu ambil donat saja lama banget. Dasar cewek.” Ketus Dzakyy

“Yee … aku tu harus berhenti berkali-kali demi melihat isi surat itu.”

“Buat apa? Tak penting juga kan?”

“Aku kan penasaran. Itu maksudnya gimana sih kak?”

“Rahasia … kamu kan sudah baca, buat apa aku jelasin.”

“Aku kan belum paham kak.”

“ya terserah.” Dzakyy terus tancap gas.

Ingin rasanya Caca timpuk dari belakang, tapi urung. Nanti kalau jatuh dia juga yang kena. Terkadang dia suka bingung dengan sikap kakak sepupunya itu. Terkadang dia amat perhatian tapi dilain waktu cueknya luar biasa.

#Day11
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
#Cerbung
#IniPanggungKita

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar