Nikmatnya Dekapan dari Orang yang Amat Sangat Disayangi



Hangatnya sinar mentari menyambut pagi yang cerah. Secerah wajah Keyla yang amat bersemangat menyambut hari ini. Ibu Keyla berkali-kali menggelengkan kepala melihat anaknya.

“Tumben, bangun pagi sudah bersih-bersih rumah, nduk?”

“lha … biasanya Keyla juga bangun pagi kan, Bu ?”

“Tapi juga tak sepagi ini, ibu bangun … piring-piring sudah bersih, lantainya juga dipel, kemarin saja harus diteriaki baru keluar kamar.”

Aroma khas soto menjadi peneman obrolan mereka. Sudah menjadi rutinitas setiap pagi Ibu memasak soto dibantu Keyla ketika senggang. Bagi Keyla soto buatan Ibu yang paling enak. Tiap hari tak ganti menu pun tak masalah. Waktu kuliah Keyla sering bawa bekal soto buatan Ibu. Sering teman-temanya heran, suka banget bawa soto, padahal tiap beli makanan sama teman-temanya selalu menghindari soto. “Ini soto yang dibuat dengan penuh cinta” temanya hanya geleng-geleng mendengar penjelasan Keyla. Hari ini sekolah di dekat rumah Keyla libur semester jadi soto yang dibuat ibu tak banyak karena pasti pembelinya juga berkurang.

“Assalamualaikum.” Terdengar suara anak kecil dari luar rumah.

“Siapa itu, nduk? Coba kamu bukakan pintu!” suruh Ibu yang sibuk mengaduk soto.

“Baik, Bu.” Keyla yang sedang menggoreng tempe buru-buru mematikan kompor, bergegas keruang tamu. Suara itu tak asing bagi Keyla.

“Masya Allah. Waalaikumsalam dek.” Dugaan Keyla benar. Begitu pintu terbuka malaikat kecil menyambutnya di depan pintu dengan senyum polosnya yang membuat Keyla tak tahan untuk tak memeluknya. Di belakangnya berdiri Ibu anak itu dengan senyum yang hangat.

“Tante kenapa tak bilang mau kesini?” selepas berpelukan Keyla bertanya. Setelah kejutan e-mail yang masuk tadi malam, sekarang datang lagi kejutan baru.

“Kata Keysha tak boleh bilang, biar jadi kejutan buat kak Keyla.”

“Wah kecil-kecil sudah pintar bikin kejutan buat kakak ya?” Keyla mencubit gemas pipi Keysha, yang dicubit hanya tertawa menjadikan wajah bundarnya tambah lucu.

“Siapa itu, nduk?” Tanya Ibu yang muncul dari balik pintu dapur.

“Tante Tasya, Bu.”

“Masya Allah, kenapa tak beri kabar mau kesini?”

Selepas melepas rindu mereka masuk ke rumah. Keysha langsung meloncat ke sofa mencari tempat duduk yang nyaman.

“Jangan gitu dek, yang sopan!”

“Tak apa, anggap saja rumah sendiri.”

Tak berapa lama Keyla muncul dari dapur membawa teh hangat dan roti.

“Maaf tante, seadanya.” Dengan sopan Keyla menawarkan minum dan makanan yang ia bawa.

“Iya, kalau perlu di keluarin semuanya.” Dengan nada bercanda tante Tasya menjawab yang membuat ruang tamu itu dipenuhi gelak tawa. Adik Ibu yang paling bungsu itu memang sukanya bercanda. Keyla langsung mengambil posisi di dekat Keysha.

“Kakak punya teka-teki silang. Keysha mau main ga?”

“boleh kak.” Keysha mengangguk antusias

Tak berapa lama Keyla keluar dari kamar membawa banyak surat kabar. Teka-teki silang itu memang di surat kabar.

“Lha … kamu jualan koran, La?”

Keyla hanya senyum sedang ibunya yang menimpali.

“Dia sedang cari pekerjaan, Sya.”

“Lewat koran?” tante Tasya mengernyitkan dahi “sekarang kan banyak media online yang bikin jasa iklan lowongan pekerjaan.”

“tak tahu itu, masih suka cara lama.”

Keyla ingin menepuk dahi mendengar jawaban Ibunya, tapi urung. Sebenarnya Keyla tak mencari lowongan pekerjaan di koran, ia hanya mencari apakah cerpenya dimuat di koran, itu saja, tak lebih.

Dengan cekatan Keysha membuka lembaran koran itu. Anak perempuan berusia sepuluh tahun itu memang suka teka-teki silang sejak kelas dua. Waktu itu Keyla setiap mampir ke rumahnya selalu membawa teka-teki silang, yang kebetulan rumah Keysha tak jauh dari kampus Keyla. Sejak saat itu Keysha menjadi dekat dengan Keyla.

"Mbak masih ingin Keyla kerja kantoran?" sayup-sayup obrolan mereka didengar Keyla yang asyik mengajari Keysha. Berkali-kali Keysha bertanya, "nomor 1 mendatar apa kak?, nomor 2 menurun?" Teka-teki ini memang tak cocok untuk seumuran Keysha, tapi Keysha tetap penasaran walau akhirnya yang menjawab semua Keyla.

"Tak semua orang suka kerja di kantor kan, Mbak? Biarkan Keyla menekuni kesukaanya?" jarak Keyla dengan Tante dan Ibunya memang tak jauh, hanya terpisahkan oleh meja kecil berukuran satu setengah meter. Keyla sadar bahwa dia tak seharusnya mendengar itu, percakapan itu bukan untuknya, maka buru-buru dia mengalihkan perhatianya pada si kecil yang ada di pangkuanya. 

"Kak nomor 12 menurun apa?"

"Pertanyaanya?"

"Serasa penuh sesak, enam huruf?" Keysha mendongak. Bulatan mata bundar itu terlihat menggemaskan.

"Emm ... pengap mungkin."

"Terakhir kak, nomor 13 mendatar lima huruf akhiranya 'p'. Pertanyaanya 'peluk'."

Sejenak Keyla terpaku, ada yang menusuk qolbunya. Benar. Mungkin itu hatinya sempit. Kapan terakhir kali dia memeluk Ibunya dengan tulus. Wisuda ... tidak, dia yakin waktu itu hatinya melayang entah kemana. Kebahagiaan waktu itu hanya dirasakan orang tuanya bukan dia.

"Apa, kak?" Keysha tak sabar meminta jawaban.

"Ehh ... iya dek, apa tadi?"

"Peluk, kak?"

"Emm ... lima huruf ya." sejenak berfikir, juga mengulur waktu membalikkan kesadaranya "dekap, mungkin."

"Yeiii, selesai." Keysha berteriak sambil mengangkat lembaran koran TTS itu, seolah dia yang mengerjakannya. Keyla ikut tertawa, bahagianya Keysha juga bahagianya dia. Tante Tasya dan Ibu Keyla juga ikut tertawa walau awalnya terkejut.

"Memangnya 'dekap' itu sama dengan 'peluk' ya, kak?" Keysha yang telah mengubah posisi bertanya. Tadi duduk sekarang tiduran masih bersandar di pangkuan kakaknya. Biasanya setelah itu Keyla meminta dibacakan cerita.

"Iya, kamu baru tahu 'dekap' itu sama dengan 'peluk'?"

Keysha hanya mengangguk dipangkuanya.

"Kak, bacain cerita dong!"

Keyla sudah hafal dengan kebiasaan adiknya itu, jadi dia sudah menyiapkan cerita di koran yang dia sisihkan sambil mengajari Keysha tadi.

"Dengar baik-baik ya, ini mengisahkan seekor kelinci yang ingin bisa terbang." Keysha mengangguk penuh antusias "Di dalam hutan, ada seekor kelinci yang ingin sekali bisa terbang ...." Keyla memulai cerita dengan semangat. Gaya cerita Keyla sebenarnya tak membosankan. Mimik muka dan gerakan tanganya sesuai dengan apa yang diceritakan, hanya saja kebiasaan Keysha, ketika dibacakan cerita pasti tertidur sebelum cerita selesai. Tak butuh waktu lama Keyla bercerita, hanya sekitar lima belas menit Keysha sudah tertidur.

"Waduh maafkan Keysha ya, La. Dia jadi merepotkan." Tante Tasya yang baru selesai berbincang dengan Ibu menyadari anak semata wayangnya telah lelap tertidur di pangkuan Keyla.

"Mbak sepertinya sudah pantas dapat cucu lagi."

"Cucu dari Abangku." Keyla buru-buru menimpali. Bukan karena dia tak siap, hanya dia sedang menunggu seseorang. Ruangan itu kembali dihiasi gelak tawa.

"Mbak, saya titip Keysha untuk beberapa hari ya. Dia kangen kakaknya yang paling cantik itu katanya."

Terlepas dari sifat Tante Tasya yang suka blak-blak-an, Keyla selalu nyaman dan terhibur ketika dekat tantenya itu.

Tak berapa lama Tante Tasya izin pamit setelah mencium kening Keysha, untuk kemudian bersalaman dan berpelukan pada Keyla dan Ibu. "Titip salam buat mas Akbar ya." Mas Akbar, Ayahnya Keyla memang jarang di rumah. Dia sedang ada proyek bangunan di luar kota.

"Bu ... boleh tidak Keyla peluk Ibu?" Ragu-ragu Keyla bertanya sambil menunduk tak berani melihat Ibunya. Mereka masih di depan pintu selepas mengantar Tante Tasya pulang.

Tanpa disangka Keyla, Ibunya malah memeluknya duluan. "Kenapa harus minta izin, sayang. Kamu boleh peluk Ibu kapan pun kamu mau."

Air mata Keyla tak tertahan lagi, Untuk kedua kalinya selepas wisuda, air mata itu punya arti berbeda. Bahagia. 

Akhirnya Keyla merasakan lagi, nikmatnya dekapan dari orang yang amat sangat disayangi.

#Day5
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
#IniPanggungKita
#Cerbung

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar