Izinkan Aku Marah



Jika marah itu sesuatu yang salah, kemana Aku harus mengungkapkan amarah ini.

Suatu tulisan yang tak biasa dari Keyla itu, mengawali lembaran kisahnya yang dituangkan ke dalam buku harian. Hatinya menangis, tapi air mata itu tak kunjung keluar sebagai pelampiasan. Di sudut perpustakaan, gadis itu terlihat santai bersandar beralaskan bean bag. Orang yang melihatnya tak akan mengira jika hatinya sedang meronta ingin berteriak sekuat-kuatnya. Lagi-lagi tentang masalah klasik Keyla ... pekerjaan.

"Sudah melamar kerja belum, nduk?"

Keyla biasa membantu Ibunya memasak, dan saat berdua itulah yang dimanfaatkan Ibunya untuk menanyakan perihal karir.

"Belum, Bu."

Hatinya selalu resah ketika membahas pekerjaan, walau sebenarnya ada pekerjaan yang dirasa bisa menjadi alternatif.

"Bagaimana jika menjadi editor, Bu? Kan sama-sama kerja di kantor."

"Editor apa?"

"Editor buku, jadi nanti tugasnya ngedit tulisan yang salah gitu, Bu."

Keyla mencoba meyakinkan. Setidaknya jika usulan itu disetujui, dia tetap bisa bersama buku. Walau raganya terpenjara tapi hatinya bisa bebas.

"Buat apa gelar Sarjana Ekonomi kalau kerjanya hanya mengedit tulisan, toh anak SMK juga bisa."

"Tapi kan ...."

Keyla tak mampu melanjutkan. Dia ingin sekali bilang bahwa dia tak menginginkan gelar itu tapi dia sadar, itu sama saja menyakiti orang yang telah banyak berkorban untuknya. Untuk kesekian kalinya pembahasan itu diakhiri dengan desakan untuk mencari kerja dan jawaban "ya" dari Keyla.

#Day2
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
#IniPanggungKita
#Cerbung

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar