Pertemuan Singkat



Kring … kring
Bunyi telepon itu memecah keheningan, memenuhi ruangan yang tak seberapa besar. Suaranya tak lantang, tapi cukup untuk membangunkan penghuninya yang tertidur di meja belajarnya dengan laptop yang masih menyala. Malas dia meraih telepon di dekatnya sambil mengusap mata. Agak terkejut ketika melihat nama penelponya. Dia menaruh teleponya kembali, tak peduli HP nya masih berdering. Pukul berapa sekarang. Dia menengok jam di laptopnya. Hebat … jam sebelas. Padahal ada satu artikel lagi yang harus dikirim pada hari ini. Dia mengusap kepalanya, mencoba mengembalikan seluruh kesadaranya dan mengusir kantuknya. Agak kualahan juga menulis delapan artikel sedang dia juga sibuk bekerja. Dia beranjak ingin mencari sesuatu di dapur. Baru membalikan badan HPnya kembali berdering. Terpaksa dia mengangkatnya jika tidak semalaman HP nya tidak akan berhenti bordering. Dia tahu betul siapa yang menelpon, jika tidak diangkat dia tak akan menyerah, bahkan bisa-bisa dia menelpon Ibunya.

“Kak Dzakyy ….” Teriakan itu memekikan telinga. Bahkan Dia harus menjauhan tekepon dari telinganya.

“Kenapa Kak Dzakyy tak angkat teleponku?”

“Tidur tadi, Dek.” Dengan santai dia menjawab sambil melangkah keluar menuju dapur.

“Hmm ….” Terdengar sedikit kekecewaan dan rasa bersalah dari jawaban singkat itu.

“Kenapa, Dek?” Dzakyy yang menyadarinya segera bertanya.

“Aku ganggu ya, Kak. Aku lupa kalalu Kakak sibuk, pasti capek ya?”

Suasana lengang sejenak. Dia sadar. Seharusnya Dia langsung mengangkat telponya tadi.

“Kakak seharusnya berterima kasih sama kamu.”

“Lah … kenapa, Kak?”

“Gara-gara kamu, Kakak jadi terbangun. Ada artikel yang harus dikirim hari ini, tapi tadi malah ketiduran, untung kamu bangunin.”

Jawaban itu membuat gelak tawa di seberang sana. Tak henti-hentinya Dia memuji dirinya. “Aku tu memang yang paling mengeti Kakak.” Gadis di seberang sana memang periang, tapi juga perasa. “Besok kalau Kakak nikah harus minta izin dulu sama saya. Aku harus tahu siapa dia, bisa gak ngertiin, Kakak.”
Dzakyy hanya tersenyum, setidaknya dia tak membuatnya kecewa.

“Kapan Kakak libur?”

“Besuk.”

“Serius nii?”

“Iyaa.” Dzakyy menjawab gemas sambil mengaduk kopi. Sebenarnya obrolanya dengan adik sepupunya itu sudah cukup menghilangkan kantuknya.

“Aku besuk main ya, Kak?”

“Terserah deh.”

“Yeiii … love you, Kak.”

Dzakyy menutup telponya. Masih ada yang harus dia kerjakan sebelum pengganggunya datang. Besok-besok mana bisa dia menulis tanpa gangguan, bisa-bisa satu artikel saja tak selesai.

***
“Main ke Perpus yuk, Kak?” Keysha yang bosen dengan buku gambarnya menghampiri Keyla yang asyik menulis di teras.

“Sudah selesai gambarnya?” Keyla hanya menatap sekilas adiknya yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

“Bosen, Kak.”

“Ajak main adekmu itu, Nduk. Kamu itu ga siang ga malem di depan laptop mulu kerjaanya.” Ibunya yang sedang merajut di pojok teras menimpali.

Keyla menghembuskan nafas mendengar perintah Ibunya. Hari ini Ibunya tak jualan soto, penjualan kemarin mengecewakan karena taka da siswa yang beli, jadi sekarang mencoba peruntungan baru dengan merajut tas selama libur semester.

“Ibu tak jualan kue saja, nanti Keyla bantu.”

“Memangnya kamu bisa?”

“Sedikit sih, Bu. Dulu pernah buat sama temen.”

“Kalau gitu kamu sekalian beli bahan sambil temani Keysha main.” Ibu beranja ingin mengambil uang.

“Ibu mau kemana?” Keyla yang menyadari Ibunya hendak masuk rumah bertanya.

“Mau ambil uang, buat beli bahan.”

“Keyla ada kok, Bu. Pakai uang Keyla saja.”

“Lah duit dari mana kamu?” Ibunya mengernyitkan dahi, bingung. Anaknya kan belum kerja.

“Kak Keyla dapet uang dari nulis, Bu.” Keysha buru-buru menimpali. Dia tahu karena kakaknya itu sering cerita.

“Memangnya menulis bisa dapet uang?” ibunya masih bingung.

“Bisa, Bu.” Keyla segera mematikan laptopnya.

“Ayo Keysha, siap-siap.”

“Nanti kita bikin kue, Kak?” Keysha yang mendengar kata kue langsung gembira.
“Iya sayang, makanya buruan ganti baju sana.”

“Siap, Kak.” Keysha langsung lari ke dalam rumah.

***

“Wah lihat siapa yang datang.” Bu Karlina, Ibu Dzakyy terkejut kedatangan tamu.

“Kamu sendiri, sayang?” sambil mengusap kepalanya Bu Karlina bertanya.

“Iya, Bu. Ayah kerja, tak bisa mengantar.”

“Ayo masuk, kita sedang sarapan.”

Gadis itu menurut. Berjalan mendekati meja makan. Salaman dengan Pak Aga, Ayah Dzakyy juga salaman dengan Dzakyy.

“Sarapan dulu, belum sarapan, kan?” Pak Aga menawari.

“Sudah, Om.” Gadis itu hanya menunduk.

"Belum. Mana sempat kamu sarapan, pasti Ayah kamu juga belum sempat menyiapkan sarapan." Dzakyy menimpali, sambil tetap asik makan.

Bu Karlina segera mengambilkan tanpa disuruh "Ayo, duduk Caca, Ibu ambilkan."

"Trimakasih Bu."

"Kenapa kamu tak beri kabar, kan biar Dzakyy jemput." Tanya Bu Karlina sambil menyerahkan piring lengkap dengan nasi dan lauknya.

"Aku sudah beri kabar kak Dzakyy tadi malam, Bu."

"Lah ... Kenapa ku tak jemput Caca, Dzakyy?"

"Dia tak minta, Bu."

"Kamu itu tak perhatian sama perempuan."

Caca hanya menutup mulut menahan tawa.

***

"Kakak cari apa? Dari tadi hanya muter-muter mulu?" Keysha bersungut-sungut lelah mengikuti kakaknya keliling perpustakaan

"Lah ... Tadi kan kamu yang ngajak main ke perpus?" Keyla masih asyik memilih buku di rak.

"Aku pengenya main di bawah, bosen di sini, bukunya pasti tak boleh di corat-coret."

"Ya tak boleh lah, kakak sedang cari resep buat bikin kue, kan nanti kalau kuenya enak kamu juga yang suka."

"Lah ... Katanya tadi kakak bisa."

"Kan kakak dulu cuman coba-coba."

Pandangan Keysha berkeliling mencari sesuatu yang menarik, Dia akhirnya memutuskan untuk menunggu di pojok perpus, kebetulan ada bental duduk disitu.

"Aku tunggu di sana ya, kak." Keysha menunjuk ke pojok perpus.

"Iya, jangan pergi jauh lo ya."

Keysha langsung berlari sebelum ada yglang pakai.

***

"Sebenarnya Caca ingin mendaftar kuliah di kampus dekat sini, Bu." Caca dan Bu Kartika sedang santai ngobrol di teras.

"Oh... Kalau begitu kamu tinggal di sini aja."

"Tapi nanti merepotkan, Bu." Caca memang biasa memanggil ibu Kartika dengan sebutan Ibu. Ibu Caca sudah meninggal waktu melahirkan Caca, dulu yang merawat waktu kecil Bu Kartika. Jadi Caca biasa memanggil dengan sebutan Ibu.

"Tak apa, anggap saja rumah sendiri, tak usah sungkan, kan juga ada kamar kosong."

"Trimakasih, Bu."

"Oh iya ... Kapan kamu mau daftar?"

"Hari ini rencananya, Bu."

"Oh... Kalau begitu segera berangkat saja, nanti kesiangan." Bu kartika beranjak bersamaan Dzakyy yang keluar rumah. "Mau kemana kamu?"

"Mau main bu."

"Main, mulu. Anterin adek kamu ini. Mau daftr kuliah dia."

Dzakyh hanya mematap caca yang menutup mulut menahan tawa.

"Mulai hari ini dia tinggal disini." Ibunya menambahi

"Tapi kan..." Dzakyy menepuk dahi "ya sudah buaruan siap-siap, kita ke perpus dulu."

Tanpa disuruh dua kali Caca langsung masuk mengbil tasnya.

***

"Ni buku cerita." Keyla menghampiri Keysha sambil menyerahkan buku kecil bergambar.

"Kapan main di bawah." Keysha memelas

"Nanti ya, ada buku yang belum ketemu." Keyla ikut duduk disamping Keysha dan mulai membuka buku-buku yang di ambilnya.

"Katanya ada yang belum ketemu, kenapa malah duduk." Tanya keysha sambil membuka buku ceritanya.

"Capek tahu. Kakak mau memilih bukunya dulu, kan tak mungkin dipinjam semua." Jawab keyla sambil membuka bukunya satu-satu.

Suasana lengang sejenak, mereka sibuk dengan bukunya masing-masing.

"Memangnya kakak hafal dimana letak semua buku itu?" Tanya keysha yang bingung melihat kakaknya membawa banyak buku.

"Hafal, kan bukunya ada jenisnya." Tanpa menoleh keyla menjawab. Dia membuka bukunya dengan cepat, melihat hal yang sekiranya penting, seperti daftar isi, membaca sekilas di awal bab. Tak butuh waktu lama untuk menyeleksi bukunya.

"Kakak kembaliin bukunya dulu ya."

"Lah cepat amat kak, milihnya."

Tanpa menjawab keyla beranjak membawa buku-bukunya dan hanya tersisa dua yang ditinggalkan dekat Keysha.

***

"Kita tak lama kan?"

"Tidak, kalau kamu tak bikin ulah."

Dzakyy berjalan cepat menuju koleksi buku umum. Caca menhikuti di belakangnya.

"Jangan cepat-cepat, capek tahu." Caca mencoba protes.

"Lah, tadi kamu yang bilang tak boleh lama-lama."

"Aku tak bilang gitu."

"Terserah."

ingin rasanya Caca memukulnya mendengar jawaban itu, tapi urung. Caca suka bingung dengan kakak sepupunya itu. Terkadang dia bisa amat lembut tapi di lain waktu dia begitu dingin. Caca masih terus membuntuti Dzakyy, hingga pandanganya teralihkan oleh seorang anak yang sedang asyik membaca buku di pojok ruangan itu. Dia segera menghampirinya tanpa sepengetahuan Dzakyy, yang di buntutinya masih nyelonong entah kemana.

"Baca apa, dek?" Caca membuka percakapan, berharap anak kecil itu tidak takut padanya.

"Baca buku cerita, kak." Keyla menoleh, mencoba mengenali sosok asing yang tiba-tiba menyapanya.

"Boleh kakak duduk disampingmu?" dengan senyum yang manis Caca memohon agar diizinkan.

Keyla tak langsung merespon, awalnya dia takut, tapi sepertinya kakak itu tak bermaksud jahat.

"Boleh kak, silahkan."

"Buku cerita tentang apa dek?"

"Emm ... tentang apa ya" Keyla sedikit berfikir untuk merangkai kata "jadi, ada orang tua yang bercerita kepada anaknya tentang kisah Nabi Yusuf gitu kak."

"Jadi ada cerita di dalam cerita gitu ya?"

"Nah, iya kak." jawab Keyla sambil tertawa "coba deh kakak lihat, bukunya bagus." lanjut Keyla sambil menyerahkan bukunya.

Caca membaca sekilas, buku itu memang cocok untuk anak-anak karena bergambar jadi tak membosankan.

"Wah, bagus nih buat belajar, dicantumkan ayatnya juga di bawah." Caca terlihat antusias

"Mana kak?" Keysha mendekat karena baru sadar ada ayatnya.

"Nih ..." jawab Caca sambil menunjuk tulisan di bawah gambar " ada keterangan singkatnya, ayat 4, tentang Nabi Yusuf yang bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan yang bersujud kepadanya.

"Wah, aku malah baru tahu kalau ada keteranganya."

"Sama siapa, dek?" Keyla yang baru selesai mengembalikan buku terkejut melihat ada yang mengajak ngobrol adeknya.

"Oh ... salam kenal, Kak. Nama saya Tasya, biasa dipanggil Caca." Caca buru-buru menyalami Keyla "tadi saya melihat adek ini sendiri, kasian, jadi saya temani, maaf, kak."

"Oh ... tak apa. Trimakasih ya, tadi saya tinggal cari buku soalnya."

"Karena sudah ada temanya saya tinggal ya, kak. Mau cari kakak saya, kepisah tadi."

"Dek, ngapain kamu disini, sudah dibilangin jangan bikin ulah malah pergi tak bilang." geram Dzakyy yang tadi bingung mencari Caca hingga tak sadar sosok yang di dekatnya. Baru hendak menarik tangan adiknya matanya menangkap sosok yang amat dia kenali. Sejenak mereka saling pandang, Keyla pun menyadari seperti mengenal pria itu. Dia mencoba merangkai bingkai memori masa lalu tapi tak kunjung ketemu.

"Maaf ya adikku bikin ulah." Dzakyy yang telah kembali menemukan kesadaranya segera segera minta maaf.

"Eh ... gak apa apa ko." Keyla sedikit terkejut

"Maaf ya, assalamualaikum." Dzakyy buru-buru menarik tangan Caca mengajaknya menjauh.

Keyla masih mematung, mencoba menemukan memori lamanya kembali.

"Kak, kok tak dijawab salamnya."

"Eh, iya waalaikumsalam"

"sudah pergi kali kak."

#Day7
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
#Cerbung
#IniPanggungKita




Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar