Memilih Waktu yang Tepat untuk Menasihati Anak



Memiliki anak tentu menjadi idaman setiap pasangan pada umumnya. Dengan kehadiran buah hati, akan membuat hari menjadi lebih berwarna. Akan ada banyak tawa, tapi juga tak jarang harus menahan rasa. Maka memupuk sabar itu harus, dan memahaminya itu perlu. Tentunya memperlakukan anak berbeda dengan orang dewasa, karena kondisi emosi anak yang bisa berubah-rubah.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan orang tua adalah memilih waktu dan tempat yang tepat untuk memberi nasihat, karena akan ada saat anak bisa menerima nasihat tapi terkadang dia mengabaikan begitu saja. Apabila kedua orangtua sanggup mengarahkan hati si anak untuk menerimanya, pengarahan yang diberikan akan memperoleh keberhasilan dalam upaya pendidikan.

Lantas kapan sebaiknya kita memberi pengarahan kepada anak?

Sebagai orang Islam kita telah diberi petunjuk kepada siapa kita mengikuti. Dialah sebaik-baiknya suri tauladan yang harus kita contoh. Sebagai wujud rasa cinta kasih, juga karena kesempurnaan akhlak-nya, kita harus senantiasa berusaha mencontoh beliau, Rasulullah ï·º.
Rasulullah ï·º mempersembahkan kepada kita tiga waktu mendasar dalam memberi pengarahan kepada anak.


  • Dalam Perjalanan

Riwayat al-Hakim dalam kitab Mustadraknya (3/541) menegaskan bahwa perjalanan itu dilakukan di atas kendaraan. Dia meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma :
“Nabi ï·º diberi hadiah seekor bighal (persilangan antara kuda dan keledai) oleh Kisra. Beliau menungganginya dengan tali kekang dari serabut. Beliau memboncengkanku di belakangnya. Kemudian beliau berjalan. Tidak berapa lama, beliau menoleh dan memanggil, “Hai anak kecil.” Aku jawab, “Labbaika, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jagalah agama Allah, niscaya Dia menjagamu… hadits.”


  • Waktu Makan

Suatu kesalahan, apabila kita membiarkan anak bertingkah semaunya yang tidak sesuai dengan adap sopan santun di meja makan. Sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mengajari anak tentang adab, karena jika dibiarkan tentu anak itu tak akan mengetahui bahwa perbuatanya itu salah. Maka sudah selayaknya orang tua mendampingi anaknya ketika makan, terlebih di tempat umum.

Nabi ï·º makan bersama anak-anak. Beliau memperhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan yang dilakukan oleh anak, kemudian memberikan pengarahan dengan metode yang dapat mempengaruhi akan dan meluruskan kesalahan yang dilakukan.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah radhiuallahu’anhuma, ia berkata :
“Aku masih anak-anak ketika berada dalam pengawasan Rasulullah ï·º. Tanganku bergerak ke sana ke mari di nampan makanan. Rasulullah ï·º bersabda kepadaku, “Hai anak kecil, ucapkanlah basmalah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah apa yang ada di hadapanku.” Sejak itu, begitulah caraku makan.”


  • Waktu anak sakit

Sakit tak selamanya menjadi musibah. Bisa jadi itu adalah cara Allah untuk mengingatkan kita agar kembali pada jalan yang benar. Orang ketika sakit cenderung mudah untuk dinasehati, dan itu berlaku juga untuk anak kecil. Rasulullah ï·º telah memberi pengarahan kepada kita atas hal ini.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas radhiyallahu’anhu, ia berkata :
“Seorang anak Yahudi yang menjadi pelayan Nabi ï·º sakit. Nabi ï·º datang menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya dan bersabda kepadanya, “Masuk Islamlah engkau.” Dia melihat ke arah bapaknya yang saat itu juga berada di sana. Si bapak berkata, “Turutilah Abdul Qasim.” Maka, dia pun masuk islam. Nabi ï·º pergi sambil berdoa, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanya dari api neraka.”

Demikianlah ketiga waktu yang utama bagi orang tua untuk memberikan pengarahan kepada anaknya. Tentunya waktu yang lainnya dapat disesuaikan dengan kesibukan dan kondisi keluarga. Maka sudah selayaknya orang tua lebih bijak dalam memilih waktu dan tempat untuk memberi pengarahan. Selain itu kita juga harus lebih bersabar, ketika anak tidak medengarkan nasihat kita.

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-Furqan : 74)

Daftar Pustaka: *masih butuh saran :)
Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafizh. 2010. Prophetic Parenting; Cara Nabi Saw Mendidik Anak, penerjemah. Yogyakarta (ID): Pro-U Media. Terjemahan dari: Dar Ibnu Katsir.

#Day22
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar