Titik Balik, Permulaan dan Perbandingan


Titik balik

Film ini dirilis tahun 2009. Pada waktu itu bagi saya menonton film religi adalah sesuatu yang tabu. Tidak pernah terbayang akan nonton film drama religi. Bagi anak muda film dengan genre action dan sci-fi tentu menjadi primadona. Terutama film-film Barat. Pengaruh Barat bagi anak muda sangatlah besar. Dari hiburan-hiburan yang mereka sajikan. Terutama bagi saya yang menggandrungi teknologi, kemajuan Barat telah menjadi kiblat. Sudah hal yang umum kami dulu meng-elu-elukan Barat dengan kemajuan teknologinya. Dan tidak jarang merendahkan produk dalam negeri. Apalagi di sekolah umum buku-buku pelajaran banyak diambil dari sumber-sumber Barat. Nama-nama ilmuan yang banyak tercantum pun kebanyakan dari Barat. Teori-teorinya pun dari Barat. Semua itu mengambil peran besar yang membuat dunia Barat semakin tambah hebat. Predikat negara maju pun kebanyakan dari Barat. Jadi wajar bila kami dulu menganggap semua yang dari Barat itu hebat. Jika ada produk buatan luar negeri apapun itu pasti terlihat keren. Dan sebaliknya, jika itu produk dalam negeri seolah menyepelekan.

Peradaban Barat yang amat mengagumkan itu sebenarnya amat membahayakan. Ibarat matahari yang menyilaukan, kita melihat dari jauh maka akan merasakan kehangatanya. Tapi jika kita mendekat tentu akan terbakar oleh panasnya. Dan kita amat diuntungkan dengan keyakinan dan budaya di Indonesia yang amat berperan besar dalam memfilter budaya Barat seingga tak semua kita ambil.

Setelah saya lulus sekolah maka ada tantangan baru yang menyambut. Waktu itu tahun 2015. Bagi orang desa mencoba peruntungan di kota sudah hampir menjadi pasti terutama anak muda. Entah itu untuk bekerja maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi demi cita-cita. Maka kami yang dulu disatukan oleh satu instansi pendidikan saat itu mulailah berpisah. Ibarat kelereng-kelereng yang dijatuhkan seketika itu berhamburan ke segala arah untuk tujuan masing-masing. Lingkungan baru pun menyambut untuk dijelajahi. Dan adaptasi menjadi sebuah keharusan. Pun rasa penasaran itu sesuatu yang wajar. Agaknya saya harus bersyukur karena rasa penasaran itu membawa kebaikan. Ibarat rasa lapar maka saya menemukan yang mengenyangkan.

Mencari tempat kos syarat yang saya ajukan adalah dekat Masjid. Dan itu membawa keberkahan. Berawal dari perkenalan dengan seorang teman di Masjid. Dilanjutkan dengan obrolan singkat yang berisi. Tentang permasalahan muda-mudi. Sunggguh pendekatan yang amat saya sukai. Karena itulah rasa penasaran saya semakin menjadi-jadi. Semoga jika ada kebaikan pada saya mengalir pula pahala buat dia. Aamiin.

Dari situlah saya semakin ingin mengenal lebih dalam tentang islam karena pada awalnya saya menjadi islam itu karena keturunan dan ikut-ikutan. Dan sekarang saya mencoba untuk mencari alasan. Agar saya dapat memperjuangakan kebenaran. Proses mencari jawaban itu datang dari segala sumber. Dan itu amat berpengaruh pada sudut pandang dan cara berfikir. Termasuk pula kesukaan dan hiburan. Musik dan film religi pun mulai saya cari. Dan saya pun dipertemukan dengan film ini “Ketika Cinta Bertasbih” yang diadaptasi dari novel maha karya penulis FLP Habiburrahman El Shirazy.



Permulaan

Bagi seseorang yang baru berhijrah tentu amat sulit untuk memahami suatu materi yang berat. Maka film ini menjadi permulaan untuk menumbuhkan rasa cinta sekaligus memahami makna cinta yang amat indah dalam islam. Tentu selain cinta, film ini juga mengajari arti perjuangan dan pentingnya pendidikan. Dengan latar belakang di Kairo, Mesir dan Al-Azhar University tentu cocok sebagai simbol pendidikan islam. Juga sebagai sosialisasi tentang peradaban islam dan pendidikan islam yang mampu menandingi Barat. 

Sosok Azzam yang digambarkan begitu sempurna. Dengan kepemimpinannya, dengan keteguhan hatinya. Darinya sangat banyak hikmah yang dapat diambil. Salah satunya, keteguhan dalam menjaga prinsip. Bagaimana islam sangat menjunjung tinggi kehormatan dan kesucian. Maka dalam ineraksi antara lawan jenis pun ada batasanya. Sebagaimana yang terangkum dalam dialog dengan Eliana.
"Setiap orang pasti punya prinsip dalam hidupnya, biasanya berdasarkan apa yang diyakini kebenarannya. Prinsip hidup saya berdasarkan Al-Quran dan Hadist."
"Mungkin orang akan mengatakan saya kolot, kampungan, gak jamani, bahkan primitif sekalipun, saya tidak peduli, karena saya bahagia dengan apa yang saya yakini kebenarannya."
Juga tentang kepemimpinanya. Kehadiranya bukan hanya sebagai pelengkap melainkan penggerak. Keberadaanya amat berpengaruh untuk sekitarnya.

Nilai-nila islam dalam film ini amat mudah untuk dipahami. Dan kisah cintanya pun dibalut dengan begitu indah. Saya dulu memang bukan orang yang suka pacaran. Tapi dengan ini semakin menambah keyakinan. Saya dulu bahkan tak tahu bahwa ada ayat yang melarangnya. Tapi dengan ini tanpa ayat pun terbayang begitu indah apa yang di janjikan-Nya.

Sebagai permulaan tentu kita butuh pegangan. Agar kedepan semakin banyak rintangan kita punya pegangan agar tak menyimpang. Dan jika ada angin yang menerjang kita punya pegangan agar tak terhempaskan. Maka apa yang terkisahkan itu semakin memantapkan hati. Untuk terus berjuang dan mendalami. Dan tentunya untuk terus memperbaiki diri.



Perbandingan

Jika dulu kiblat peradaban itu adalah barat maka sekarang telah beralih halauan. Karena semakin kita mengkaji semain menemukan fakta yang mengejutkan. Jika peradaban barat terkenal dengan kemajuan teknologinya maka peradaban di negara islam menggabungkan antara kemajuan teknologi dan keberadaban akhlak. Apa gunanya kecerdasan akal tanpa dibimbing keberadapan akhlak. 

Aturan di dalam agama menjadi pembatas tanpa mengekang kebebasan berfikir. Pembatas itu yang berfungsi agar kuta tak masuk ke dalam jurang kehinaan. Karena manusia, selain diberi akal juga diberi nafsu yang denganya dapat menjadikan mulia atau sebaliknya. Hidup tanpa keyainan membuat kita tak punya sandaran. Sedang manusia itu adakalanya merasa lelah sehingga butuh sandaran. Maka kebutuhan yang terpenuhi bukan hanya raga tapi juga jiwa.

Dan sandaran itu juga bisa menjadi tempat rujukan. Kebebasan berfikir atau bahkan keharusan. Telah mencatat sejarah peradaban yang begitu mengesankan. Banyak ayat-ayat yang mengharuskan kita berfikir atau merenungkan. Dengan itu telah menjadi rujukan dan tercipta penemuan yang mengagumkan. Jika di banyak buku di sekolah umum tercatat ilmuan-ilmuan dari Barat, maka sejarah telah membuktikan bahwa ilmuan islamlah pelopornya.

Media hiburan yang tidak hanya sebagai tontonan tapi juga sebagai tuntunan perlu ditingkatkan. Termasuk film islami agar dapat bersaing dengan sinetron-sinetron yang lebih banyak dampak buruknya. Selain sebagai hiburan juga dapat berfungsi untuk mensosialisasikan terutama kepada generasi muda bahwa ada yang jauh lebih hebat dari peradaban Barat.

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar