Jangan Jadi Tua dan Membosankan



"Jangan Jadi Tua dan Membosankan" Sebuah kalimat yang terkadang diucapkan ketika ada yang ulang tahun yang bertujuan untuk sekedar bercanda atau (mungkin) memang terdapat harapan yang dirangkai dengan kalimat canda agar tidak terasa hambar. tapi terlepas dari apa makna didalamnya agaknya saya perlu berterimakasih karena dengan itu saya dapat memaknai suatu hal. Membuka cakrawala pemikiran baru tentang makna tua dan membosankan. Sekilas kalimat itu (Jangan Jadi Tua dan Membosankan) terdengar seperti seolah kita takut untuk menghadapi masa tua. Yang dengan ketakutan itu akan membuat kita berusaha menghindar dan menolak untuk belajar dewasa. Akan tetapi setelah saya mencoba melihat dari sudut pandang lain. Ternyata memikirkan tentang hari tua itu penting. Apakah kita ingin menjadi orang tua yang membosankan atau menyenangkan. Maka jawabanya adalah bagaimana kita mempersiapkan dari sekarang.

Makna membosankan apakah selalu identik dengan orang tua? Pada sebagian anak mungkin setelah menginjak remaja akan semakin jarang ngobrol dengan orang tua. Karena (mungkin) merasa tidak asyik dan tak sejalan dengan cara berfikirnya. Padahal mereka juga pernah muda. Lalu apakah yang salah.

Sebenarnya orang tua tetap bisa menyenangkan dengan caranya. Dan si anak tetap bisa menyesuaikan dengan keadaanya. Jadi orang tua tidak selalu identik dengan membosankan. Dan yang muda tak selalu identik dengan menyenangkan. Semua itu tergantung pada kesamaan. Karena makna menyenangkan itu relatif. Dan yang lebih penting adalah, menyenangkan itu terletak pada jiwanya bukan raganya.

Maka salah satu tokoh yang patut kita teladani adalah Pak Habibie. Baliau dengan segala kehebatanya, dengan segala prestasinya, dengan segala penghargaanya, telah menjadi inspirasi yang bukan hanya pada semangatnya berkarya, tapi juga di dalam ketaatanya pada Sang Pencipta.

Banyak dari kita mengidolakan tokoh barat. Karena kepandaianya, prestasinya, penemuanya. seolah-olah semua yang dari luar itu lebih hebat. Padahal kita punya seseorang yang karyanya diakui dunia. Seorang pakar aerotechnology. Yang pernah mempelajari fenomena fatigue (kelelahan) pada konstruksi pesawat. Kemudian berhasil mencetuskan rumus untuk menghitung keretakan atau crack progression on random. Nama rumusnya "Faktor Habibie". Yang dapat menghitung crack progession sampai skala atom material konstruksi pesawat terbang. Sebuah ide yang briliant dari seorang muslim bernama Abbas Ibn Firnas, manusia yang mampu terbang pertama kali. Untuk kemudian prototipenya dikembangkan oleh Orvile dan Wilbur Wright bersaudara. Dan disempurnakan oleh Bachrudin Jusuf Habibie. Atas jasa merekalah kini manusia bisa terbang. Perjalanan berhari-hari maka sekarang bisa dipangkas menjadi beberapa jam saja. Maka patutlah kita bersyukur atas kenikmatan kemajuan teknologi saat ini.

Tentu selain kita mengenal beliau sebagai pakar aerotechnology, beliau juga pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Dan amatlah berat tanggung jawab yang harus beliau emban. Menggantikan Pak Soeharto yang kala itu mengundurkan diri. Dihadapkan pada kondisi politik ekonomi yang tidak stabil. Krisis moneter yang dapat mengancam negara. Dan lagi-lagi Pak Habibie membuktikan kehebatanya. Walaupun bukan pakar ekonomi, hanya dalam masa jabatan 1 tahun 5 bulan, beliau dapat meredamnya. Bahkan di akhir masa jabatanya dapat menaikan nilai tukar rupiah menjadi Rp. 6.500.- per dolar AS. Suatu pencapaian yang belum pernah bisa dilakukan oleh presiden yang lainya.

Disaat raganya tak lagi muda, tapi jiwanya tak pernah tua. Pengabdianya pada negara, sebagai bukti cintanya pada bangsa. Kepemimpinannya adalah perpaduan antara keluhuran moral dan kecerdasan akal. Maka pesawat R80 yang sedang digarapnya hanyalah bukti kecil. Yang besar adalah semangat yang dibagikanya pada generasi muda. "Belajarlah untuk mengerti bukan untuk lulus" katanya. Sebuah pesan ketika ditanya Mbak Nana dalam Catatan Najwa. Dalam arti luas maka bukan hanya ditunjukan untuk kalangan akademisi. Karena inti sarinya adalah "Menikmati proses bukan fokus pada hasil". Maka ini menjadi bukti bahwa, menjadi tua tak selalu membosankan. Karena raga boleh tua tapi jiwa harus tetap muda.

Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar