Bukan besarnya rumah atau luas
halaman dari balik pagar rendah yang memesona Rara, melainkan jajaran pot-pot cantik
yang ditaruh di depan jendela-jendela besar rumah tersebut. Belum pernah Rara
melihat jendela sedemikian indah. Mulai hari itu, ia punya sesuatu untuk
diimpikan. Bapak dan Ibu harus tahu.
***
Salah satu orang yang mengispirasi
saya adalah beliau, penulis buku ini. Asma Nadia. Sebelum saya mengenal lebih
banyak tentang penulis lain, beliau orang pertama yang membuatku penasaran,
hingga akhirnya aku jatuh cinta dengan dunia tulis-menulis. Adalah keteguhan
hati dan semangatnya yang membuat saya kagum. Gadis kecil yang dulu tinggal di
pinggir rel kereta yang tak berani masuk toko buku. Dengan kekurangan itu
menjadi pemicu semangat untuk dirinya. Awalnya tak mampu beli buku dan sekarang
bukunya yang banyak dibeli. Bahkan ditambah cita-cita seribu taman baca. Mungkin
dari kehidupan beliau yang sederhana dan penuh perjuangan tercipta karya dengan
ide yang sederhana tapi serat akan makna.
***
Buku
ini mengisahkan anak kecil bernama Rara yang tinggal di rumah kecil berdinding
tripleks bekas tanpa jendela, seperti yang Rara selalu gambar, bangunan segi
empat dengan satu pintu tanpa jendela. Tetapi gambar itu berubah sejak Rara
berjalan lebih jauh bersama teman-temanya dan melihat bangunan yang besar
dengan jajaran pot-pot cantik yang ditaruh di depan jendela-jendela besar rumah
tersebut. Sejak itu, goresan di buku gambar berubah, dilengkapi dua jendela
besar dengan pot bunga yang cantik. Sebuah mimpi yang sederhana tapi dia harus
membayar mahal agar mimpinya terwujud.
Rara
tinggal bersama Ibu dan Bapak yang keseharianya menjual ikan hias atau
memulung. Tentu dengan segala keterbatasan itu sulit untuk mewujudkan impian
Rara walau sekedar jendela kecil untuk rumahnya. Tapi Rara tak patah arah.
Mimpi itu selalu dia jaga. Diam-diam Bapaknya juga menyimpan mimpi anak semata
wayangnya itu dan terus berusaha mewujudkanya. Sebenarnya Rara lebih beruntung
dari teman-temanya. Dia mendapat kasih sayang dari orangtuanya. Orangtuanya tak
pernah memarahi. Mereka mendidik Rara dengan penuh kasih sayang. Tapi apa
salahnya punya mimpi bahkan Ibunya yang mengajarinya untuk bermimpi. Akan
tetapi kasih sayang itu diambil secara paksa. Diusianya yang masih delapan
tahun Rara harus menerima kenyataan kasih sayang seorang ibu harus direnggut
darinya. Setelah itu Simbok dan Bude Asih pindah ke rumah mereka. Walau tak
mampu menggantikan sosok Ibu tapi Simbok cukup menjadi sayap yang memberikan
kehangatan, menemani mengaji dan menggambar. Bude Asih sebenarnya baik, suka
memberi uang saku untuk Rara. Tapi karena prinsip hidup yang berbeda dengan yang
Bapak Rara terapkan dalam keluarganya, akhirnya Bude Asih diusir Bapak. Tanpa
Rara mendapat penjelasan yang pasti.
Rara
dan teman-temanya belajar di Sekolah Singgah yang didirikan Bu Aliya. Bu Aliya
mampu menjadi penawar luka untuk Rara karena keramahanya dan kecintaanya pada
anak-anak. kecintaanya itulah yang membuatnya mendirikan Sekolah Singgah, tapi
ketika mimpi-mimpi itu baru dimulai justru orang tuanya ingin mencuri semangat
dan cita-citanya yang ingin menjodohkanya dengan orang yang tidak dia cintai.
Hingga dia bertemu dengan Kak Adam. Ada kecocokan yang Bu Aliya rasakan tapi
sayang, pertunangan telah diresmikan.
Rara
juga punya teman Aldo, adiknya Kak Adam yang selalu ditemani neneknya tiap kali
Aldo main ke tempat Rara. Rara dan teman-temanya juga sering main ke tempat
Aldo. Mereka berteman seperti biasa walau Aldo autisme. Tapi di keluarga Aldo
ada yang tak suka yaitu di Kak Andini. Yang selalu dingin dengan mereka. Hingga
puncak kejadian ketika ulang tahun Kak Andini. Ketika tiga kejadian dalam satu
waktu. Bayangan pesta ulang tahun yang meriah itu berubah seketika. Lagi-lagi Rara
harus membayar mahal demi cita-citanya.
Buku ini cocok untuk semua kalangan, walaupun ide cerita ini terkesan sederhana, tapi selalu ada pelajaran yang dapat kita ambil, juga bisa menambah wawasan bagi kita, salah satunya tentang anak autisme. Dengan bahasa penyampaian yang sederhana dan alur cerita yang menarik, sehingga tidak membosankan untuk dibaca.
Buku ini cocok untuk semua kalangan, walaupun ide cerita ini terkesan sederhana, tapi selalu ada pelajaran yang dapat kita ambil, juga bisa menambah wawasan bagi kita, salah satunya tentang anak autisme. Dengan bahasa penyampaian yang sederhana dan alur cerita yang menarik, sehingga tidak membosankan untuk dibaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar